Kamis, 28 April 2011

sesak nafas lagi

LAPORAN PBL 2
SESAK NAFAS LAGI
BLOK RESPIRASI







Tutor   :
dr. Dwi Arini E.

Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Lucky Mariam                                G1A009005
Sarah Maulina O.                            G1A009015
Ryan Aprilian P.                             G1A009025
Windi Nofiatri R.                           G1A009035
Astrid Meilinda                              G1A009045
Pramasanti Hera                             G1A009102
Selly Marcella                                 G1A009104
Arya Yunan P.                                G1A009113
Arfin Heri I.                                   G1A009117
Yohan Parulian                               G1A009130
Fauziah Rizki I.                              G1A009132


KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2011
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem pernafasan merupakan salah satu sistem dalam tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Sistem pernafasan berperan bagi homeostasis dengan memperoleh O2 dari dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Sistem ini membantu mengatur pH lingkungan internal dengan menyesuaikan tingkat pengeluaran CO2 pembentuk asam.
Fungsi utama pernafasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Dalam fisiologi, pernafasan memiliki makna yang luas. Terdiri dari respirasi internal atau seluler yang mengacu kepada proses meetabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang menggunakan dan menghsilkan CO2 selama penyerapan energy dari molekul nutrient dan respirasi eksternal yang mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
Namun kita bisa menemukan beberapa kelainan dalam sistem pernafasan, diantaranya adalah asma bronkiale. Definisi asma yang saat ini banyak dipakai di Indonesia yaitu asma adalah penyakit paru dengan karakteristik :
1.      Obstruksi saluran nafas yang bersifat reversible baik secara spontan maupun secara farmakologis.
2.      Inflamasi saluran pernafasan bersifat kronis.
3.      Peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai rangsangan.
Karakteristik ini menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma seperti batu, mengi, dan sesak nafas. Obstruksi saluran nafas ini berlangsung secara bertahap, perlahan-lahan dan bahkan menetap selama pengobatan. Berat ringannnya obstruksi saluran nafas tergantung pada diameter lumen saluran nafas, dipengaruhi oleh edema dinding bronkus, produksi mucus, kontraksi, dan hipertrofi otot polos bronkus. Hipotesis dianggap akibat peningkatan respon terhadap berbagai rangsang didasari oleh inflamasi saluran pernafasan.
Insiden terjadinya asma dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Insiden terjadinya asma di Indonesia antara 5 sampai 7%, prevalensi terjadinya asma lebih banyak pada anak kecil daripada orang dewasa.
Dalam kesempatan PBL ini mahasiswa memiliki kesempatan untuk membahas dan mempelajari asma bronkiale. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui diagnosis banding dari asma bronkiale, definisi asma bronkiale, gejala asma bronkiale, pemeriksaan fisik dan tata cara penatalaksanaannya yang paling sesuai dan mungkin untuk dilaksanakan.




BAB II
PEMBAHASAN

INFORMASI 1
An. Andi 3 tahun datang diantar ibunya (jam 09.00) ke IGD sebuah RS di Purwokerto. An. Andi tampak agak sesak, namun masih bisa bicara dengan jelas. Sesak sudah berlangsung 2 jam yang lalu, semakin lama semakin bertambah parah. Andi sudah 3 hari batuk panas, sudah berobat ke dokter namun belum ada perbaikan. Sebelum ke RS, An. Andi sudah diberi obat turun panas oleh ibunya.

Pertanyaan :
1.      Apa DD yang mungkin untuk An. Andi
a.       Asma : Karena keluhan sesak tiba-tiba yang didahului dengan batuk dan panas. Selain itu asma sering terjadi pada usia anak-anak. Namun perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik lebih mendalam untuk memastikan penyebab asma.
b.      Pnuemonia : Pada pneumonia didapatkan gejala klinik antara lain batuk, demam, dan sesak napas, dan napas cepat.
c.       Bronkitis : Tterdapat gejala demam dan sesak nafas
d.      Rinitis : Pada rhinitis alergi terdapat gejala seperti sesak nafas dan batuk.

2.      Anamnesis apa yang harus ditanyakan (alloanamnesis) ke ibunya?
RPS = aktivitas yang memperberat dan memperingan gejala
RPK = riwayat atopik dan keluhan yang sama di keluarga
RPD = obat yang telah digunakan
RPSos = lingkungan rumah, hewan, makanan, gaya hidup, pekerjaan

I.                KLARIFIKASI ISTILAH
Tidak ada

II.             BATASAN MASALAH
a.       Andi 3 tahun
b.      Keluhan utama : Sesak nafas
-          Onset : 2 jam yang lalu
-          Progresifitas : semakin parah
-          Keluhan lain : 3 haru batuk panas
-          Sudah diberi obat oleh dokter à tidak ada perbaikan
-          Sudah diberi penurun panas

INFORMASI 2
Dari  alloanamnesis didapatkan :
·         Tiga hari An. Andi menderita batuk berdahak (dahak sulit keluar) dan panas. Batuk terutama malam hari menjelang pagi. Anak juga mengeluh sakit tenggorokan dan kadang muntah jika batuknya berat.
·         1 hari terakhir, batuk bertambah berat dan panas (+). Pagi ini Andi terlihat mulai sesak meskipun masih bias bicara dengan jelas. Suara mengi “ngik-ngik” mulai terdengar.
·         Riwayat sakit yang sama pernah dialami Andi kurang lebih 3 kali dalam 1,5 tahun terakhir. Andi juga sering pilek dan bersin-bersin pada pagi hari.
·         Ibu Andi juga ternyata sering mengeluh sesak nafas. Kakak Andi (10 tahun) waktu balita juga sering batuk dan sesak.
·         Andi hidup dalam keluarga sederhana, dengan rumah : lantai belum diplester, dinding sebagian kayu/bamboo dan atap genteng namun belum dipasang eternit. Ayah Andi seorang perokok dan bekerja sebagai buruh bangunan. Pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas.

Pertanyaan :
3.      Dari beberapa DD yang anda ajukan, mana yang paling mungkin? Alasan?
Diagnosis yang paling mungkin adalah asma. Karena terdapat suara mengi “ngik-ngik” dan riwayat atopik pada keluarga.
4.      Pemeriksaan fisik apa yang anda harapkan ada pada pasien tersebut?
a.  Asma : 
Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman dalam posisi duduk
Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.
Paru :
·            Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.
·            Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
·            Perkusi : hipersonor
·            Palpasi : Vokal Fremitus kanan = kiri
b.      Pnuemonia :
KU: penderita tampak sakit, berkeringat, panas tinggi dan menggigil
Dada : Inspeksi bisa terdapat retraksi dada. Palpasi didapatkan fremitus raba meningkat di sisi yang sakit. Perkusi di daerah yang sakit didapatkan redup. Auskultasi didapatkan suara napas bronkial, ronki basah halus, bronkofoni, dan whispered pectorilogy.
Abdomen: kadang-kadang terdapat distensi abdomen.
c.       Bronkitis :
-          Pasien tampak kurus dengan barrel shaped chest
-          Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada
-          Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung berkurang
-          Suara nagas berurang dengan ekspirasi memanjang
d.      Rinitis
Pada riniskopi anterior didapatkan mukosa edema, basah, pucat, atau livid, disetai banyak secret encer. Di luar serangan, mukosa kembali normal, kecuai bila telah berlangsung lama.


INFORMASI 3
An. Andi, laki-laki, 3 tahun, BB 12 kg
-          KU : anak tampak sesak nafas, masih dapat bicara dengan jelas
-          TV : HR 110x/menit, RR 40x/menit t 37.50C
-          Hidung : nafas cuping (+)
-          Mulut : sianosis (-)
-          Tenggorokan : faring hiperemis (+), Tonsil T2-2, hiperemis (+), kripte melebar (-), lain-lain :dbn
-          Dada : retraksi suprasternal (+), SD : vesikuler, ekspirasi diperpanjang, ST : Ronkhi +/+, wheezing +/+.
-          Abdomen : bising usus (+) normal
-          Ekstremitas : sianosis (-)

Pertanyaan :
5.      Apa diagnosis kerja anda sekarang?
Asma Bronkiale
6.      Definisi Asma Bronkiale?
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.
            Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dan menimbulkan kematian.





7.      Struktur (anatomi) yang terlibat dalam kejadian asma bronkiale?
Terdapat penyempitan bronkus ataupun bronkiolus







8.      Faktor risiko terjadinya asma?
Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor genetik dan faktor lingkungan.
1.         Faktor genetik
a.    Hipereaktivitas
b.   Atopi/alergi bronkus
c.    Faktor yang memodifikasi penyakit genetic
d.   Jenis kelamin
e.    Ras/etnik
2.         Faktor lingkungan
a.       Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, alternaria/jamur)
b.      Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari)
c.       Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu, sapi, telur)
d.      Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta bloker)
e.       Bahan-bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, househoid spray)
f.       Ekspresi emosi berlebih
g.      Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
h.      Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
i.        Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktifitas tertentu
j.        Perubahan cuaca

9.      Patogenesis dan Patofisiologi Asma Bronkiale?
Patogenesis
Patogenesis dan etiologi belum diketahui secara pasti. Namum menurut penelitian dasar gejala asma adalah karena ada inflamasi dan proses nafas yang berlebihan
1.      Asma sebagai inflamasi
Dalam inflamasi ada kalor (panas karena vasodilatasi), rabor (kemerahan karena vasodilatasi), tumor (eksudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsang sensorik) dan functio laesa (fungsi yang terganggu).
Asma sebagai inflamasi ada 2 jalur yaitu jalur imunologis (didominasi IgE) dan jalur non alergik (jalur autonom).
a.          Jalur Imunologis (dominasi IgE)
Alergen Masuk ke dalam Tubuh
Diolah APC (Antigen Presenting Cells)
Dikomunikasikan ke sell T Helper
Th instruksi melalui interleukin/sitokin
Sel Plasma Membentuk IgE + Sel-sel Radang
(sel radang : mastosit, makrofag, sel epitel, eosinofil, neutrofil, trombosit, limfosit)
Mediator Inflamasi keluar
(histamine, prostalgladin, leukotrin, bradikinin, tromboksin,dll)
Mempengaruhi Organ-organ Target
↑ Permeabilitas Dinding Vaskuler
Edema Saluran Nafas
Infiltrasi Sel-sel Radang
Sekresi Mukus
Fibrosis Sub Epitel
Hipereaktivitas Saluran Nafas (HSN)

b.      Jalur Non Alergik (Jalur Saraf Autonom)
Merangsang Sel Inflamasi
Merangsang Sistem Saraf Otonom
Inflamasi + HSN

2.      Asma sebagai Hipersensitivitas Saluran Nafas (HSN)
HSN didapat sejak lahir, keadaan kenaikan HSN disebabkan karena :
a.       Inflamasi saluran nafas
b.      Kerusakan epitel :
-          ↑ penetrasi allergen
-          Mediator inflamasi
-          Iritasi ujung-ujung saraf otonom lebih sering mudah terangsang
c.       Mekanisme neurologis :
-          ↑ respon saraf parasimpatis pada orang yang menderita asma
d.      Gangguan intrinsik :
-          Otot polos saluran nafas & hipertrofi otot polos saluran nafas berperan dalam HSN
e.       Obstruksi saluran nafas :
-          Ikut berperan dalam HSN
Patofisiologi :
Takikardi, Wheezing, Faring hiperemis
Pajanan (alergen, infeksi, farmakologi, lingkungan, pekerjaan, exercise & emosi
Rangsangan awal (sel mast, basofil, makrofag)





Mediator – mediator radang

Kontraksi Otot  sekresi mucus ↑     Edema mukosa                   Vasodilatasi pembuluh darah



Peningkatan retensi nafas


Gangguan ventilasi                 Hambatan pada jalan nafas                 Faring
                                                                                        Hiperemis
Hipoksia                                  Suara melewati saluran sempit

Vasokonstriksi pembuluh              Bunyi “ngik – ngik”
darah paru                  

Hipertensi pulmonal                              Wheezing

Kerja jantung meningkat

Takikardi
Demam :
Pada asma terjadi reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Saat penderita terpajan oleh alergen, akan mencetuskan sintesis antibodi IgE oleh limfosit B dan kemudian berikatan dengan antibodi tersebut. Limfosit B akan tersensitivasi untuk pertama kali dan akan menghasilkan sel pengingat (memory cell) yang akan menimbulkan respon yang lebih besar jika terpajan oleh alergen yang sama. Ketika tubuh terpajan alergen untuk kedua kalinya (reasi sekunder) alergen alergen akan berikatan dengan antibodi IgE dan memediasi sel mast, basofil, dan fagosit mengeluarkan mediator-mediator kimiawi. Sel fagosit akan melepas pirogen endogen (endogenous pyrogen, EP). Pirogen endogen akan menyebabkan pengeluran prostaglandin yang akan menaikkan termostat pengatur suhu tubuh pada hipotalamus.

10.  Dasar diagnosis Asma Bronkiale?
Diagnosis Asma Bronkiale ditentukan dari proses anamnesis., pemeriksaan fisik, dan penunjang sebagai berikut,
a.    Anamnesis:
Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada pasien asma antara lain:
1)   Apakah ada batuk yang berulang terutama pada malam menjelang dini hari?
2)   Apakah pasien mengalami mengi atau dada terasa berat atau batuk setelah terpajan alergen atau polutan (pencetus)?
3)   Apakah pada waktu pasien mengalami selesma (common cold) merasakan sesak di dada dan selesmanya menjadi berkepanjangan (10 hari atau lebih)?
4)   Apakah ada mengi atau rasa berat di dada atau batuk setelah melakukan aktifitas atau olahraga?
5)   Apakah gejala-gejala tersebut di atas berkurang/hilang setelah pemberian obat pelega (bronkodilator)?
6)   Apakah ada batuk, mengi, sesak di dada jika terjadi perubahan musim/cuaca atau suhu yang ekstrim (perubahan yang tiba-tiba)?
7)   Apakah ada penyakit alergi lainya (rinitis, dermatitis atopi, konjungtivitis alergi)?     
8)   Apakah dalam keluarga (kakek/nenek, orang tua, anak, saudara kandung, saudara sepupu) ada yang menderita asma atau alergi?

b.      Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatnya kelainan. Selain itu, perlu diperhatikan tanda-tanda asma dan penyakit alergi lainnya. Tanda asma yang paling sering ditemukan adalah wheezing (mengi), tetapi pada sebagian pasien asma tidak didapatkan mengi diluar serangan. Pada serangan asma umumnya terdengar mengi, disertai tanda-tanda lainnya, pada asma yang sangat berat mengi dapat tidak terdengar (silent chest) dan pasien dalam keadaan sianosis dan kesadaran menurun.
Pasien yang mengalami serangan asma, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan (sesuai derajat serangan):
1)        Inspeksi: pasien terlihat gelisah, sesak (nafas cuping hidung, napas cepat, retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi suprasternal), sianosis
2)        Palpasi : biasanya tidak ada kelainan yang nyata (pada serangan berat dapat terjadi pulsus paradoksus)
3)        Perkusi: biasanya tidak ada kelainan yang nyata
4)        Auskultasi: ekspirasi memanjang, wheezing, suara lendir

c.       Pemeriksaan laboratorium
1)        Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
a)        Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
b)        Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
c)        Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d)       Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2)      Pemeriksaan darah
a)    Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b)   Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c)    Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
d)   Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

d.      Pemeriksaan penunjang
1)   Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a)      Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
b)      Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
c)      Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
d)     Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e)      Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
2)   Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3)    Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
a)      perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
b)      Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB( Right bundle branch block).
c)      Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4)        Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5)   Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

Klasifikasi derajat serangan asma?
a.       Asma Intermiten
Gambaran klinis sebelum pengobatan
·         Gejala intermiten (kurang dari sekali seminggu)
·         Serangan singkat (beberapa jam sampai hari)
·         Gejala asma malam kurang dari 2 kali sebulan
·         Di antara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal
·         Nilai APE dan VEP1 > 80% dari nilai prediksi, variabilitas <20%
Obat yang dipakai agonis beta 2 hirup, obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapat ditambahkan kortikosteroid oral.
b.      Asma Persisten ringan
Gambaran klinis sebelum pengobatan
·         Gejala lebih dari 1x seminggu, tetapi kurang dari 1x per hari
·         Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
·         Serangan asma malam lebih dari 2 kali sebulan
·         Nilai APE dan VEP1 > 80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%
Obat yang digunakan : setiap hari obat pencegah, agonis beta 2 bila perlu.
c.       Asma Persisten sedang
Gambaran klinis sebelum pengobatan
·         Gejala setiap hari
·         Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
·         Serangan asma malam lebih dari 1 kali seminggu
·         Setiap hari menggunakan agonis beta 2 hirup
·         Nilai APE dan VEP1 antara 60-80% dari nilai prediksi, variabilitas >30%
Obat yang digunakan : setiap hari obat pencegah (kortikosteroid hirup) dan bronkodilator kerja panjang.
d.      Asma Persisten berat
Gambaran klinis sebelum pengobatan
·         Gejala terus menerus, sering mendapat serangan
·         Gejala asma malam sering
·         Aktivitas fisik terbatas karena gejala asma
·         Nilai APE dan VEP1 kurang dari 60% dari nilai prediksi, variabilitas >30%
Obat yang digunakan : setiap hari obat-obat pencegah, dosis tinggi kortikosteroid hirup, bronkodilator kerja panjang, kortikosteroid oral jangka panjang.

Klasifikasi episodik asma?
Tabel klasifikasi derajat asma pada anak











            Sumber: Depkes RI

11.  Bagaimana terapi komprehensif (preventif, promotif, kurattif, rehabilitatif) yang akan anda berikan?
Preventif :
Dengan cara edukasi :
a.      Memahami sifat-sifat dari penyakit asma :
Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna.
Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena faktor tertentu bisa kambuh lagi.
Bahwa  kekambuhan  penyakit  asma  minimal  bisa  dijarangkan  dengan pengobatan jangka panjang secara teratur.
b.       Memahami  faktor  yang  menyebabkan  serangan  atau  memperberat  serangan, seperti :
Inhalan  :  debu  rumah,  bulu  atau  serpihan  kulit  binatang  anjing,  kucing, kuda dan spora jamur.
Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan.
Keadaan  udara  :  polusi,  perubahan  hawa  mendadak,  dan  hawa  yang lembab.
Infeksi saluran pernafasan.
Pemakaian narkoba atau napza serta merokok.
Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan.
Stres fisik atau kelelahan.
Promotif
Dengan pola hidup yang sehat, seperti :
a.       Menghindari  makanan  yang  diketahui  menjadi  penyebab  serangan (bersifat individual).
b.      Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.
c.       Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza.
d.      Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan
e.       Berusaha  menghindari  polusi  udara  (memakai masker),  udara  dingin  dan lembab.
f.       Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis.
g.      Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk dan pilek.
h.      Minum  obat  secara  teratur  sesuai  dengan  anjuran  dokter,  baik  obat simptomatis maupun obat profilaksis.
i.         Pada  waktu  serangan  berusaha  untuk  makan  cukup  kalori  dan  banyak minum air hangat guna membantu pengenceran dahak
j.        Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di lingkungan dengan temperatur hangat.
Kuratif
Pada dasarnya obat-obat anti asma yang digunakan yaitu untuk mencegah dan mengendalikan gejala asma :
a.       Obat pencegah
Obat yang dipakai setiap hari dengan tujuan agar gejala asma persisten dapat terkendali. Yang termasuk obat-obatan pencegah yaitu kortikosteroid hirup, kortikosteroid sistemik, natrium kromolin, teofilin lepas lambat, agonis beta 2 kerja panjang hirup dan oral, dan obat-obatan anti alergi.
b.      Obat pengontrol
Yang termasuk obat pengontrol yaitu agonis beta 2 kerja pendek, kortikosteroid sistemik, antikolinergik hirup, teofilin kerja pendek, agonis beta 2 oral kerja pendek.
Rehabilitatif
      Untuk rehablitatif pada serngan asma yaitu memakai kortikosteroid.




12.  Definisi Rhinitis alergika?
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.
13.  Struktur yang terlibat dalam Rhinitis Alergika?
Membran mukosa hidung, mata, tuba eustachii, telinga tengah, sinus, dan faring.

INFORMASI 4
-             Diagnosis kerja : Asma Attack (serangan asma) dan Tonsilofaringitis Akut/TFA
-             Diberikan NEBULISASI Salbutamol (Ventolin 1 nebule) dan Nacl 0,9% 2,5 ml (1 kali)
-             Dua puluh menit berikutnya : kondisi An. Andi tampak membaik, minta turun dari tempat tidurnya dan berlarian di UGD, tidak sesak nafas, suhu mulai menurun
-             Diagnosis Asma Bronkiale : serangan ringan dan episodic jarang dan TFA
-             An. Andididijinkan pulang oleh dokter jaga, dengan diberikan edukasi dan resep antibiotic, obat turun panas, salbutamol dan obat batuk
-             Resep untuk An. Andi berisi : Amoksisilin sy, puyer : salbutamol + ambroxol, parasetamol sy

Pertanyaan :
14.  Tulislah resep untuk An. Andi (BB 12 kg)! (catatan : salbutamol dan ambroxol dalam satu puyer




NINA DERMAWAN
DOKTER UMUM
SIP 102/DU/BMS/2011
Jalan Puteran 25, Berkoh, Purwokerto Selatan, 08562923011

Purwokerto, 17 April 2011
R/ Amoksisilin      syr 60 ml fl No I
                   



R/ Paracetamol syr 60 ml fl No I
            



R/ Salbutamol 2 mg tab 1
Ambroksol 30 mg tab
m.f.l.a pulv dtd No IX
                 




Pro            : An. Andi
Usia           : 3 th                                       






BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap an. Andi dapat diketahui diagnosis kerjanya adalah asma bronkial dan tonsilofaringitis akut.
            Asma bronkial merupakan suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.
Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dan menimbulkan kematian.
            Terapi terhadap asma bronkial dapat dilakuakan secara menyeluruh meliputi preventif, kuratif, prmotif, dan rehabilitatif
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan Abdul Mukti. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.
Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2009.
Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem, edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo Aru W, Bambang Setiyohadi, Idrus Alvi. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam    Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Tanjung S.Kp , Dudut. 2003. Asuhan Kepertawatan Asma Bronkial. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Program Studi Ilmu Keperawatan. Medan.




0 komentar:

Posting Komentar