LAPORAN PBL 1
SESAK NAFAS
BLOK RESPIRATORY
Disusun oleh :
KELOMPOK 5
Lucky Mariam G1A009005
Sarah Maulina O. G1A009015
Ryan Aprilia P. G1A009025
Windi Nofiatri R. G1A009000
Astrid Meilinda G1A009045
Pramasanti Hera G1A009102
Selly Marchella P. G1A009104
Arya Yunan P. G1A009113
Arfin Heri I. G1A009117
Yohan Parulian G1A009130
Fauziah Rizki I. G1A009132
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penularan kuman ini melalui udara dan bisa bertahan hidup di udara mulai beberapa menit sampai beberapa jam setelah dikeluarkan oleh penderita sewaktu batuk, bersin, menyanyi, berbicara, dan orang yang terpapar akan terinfeksi. Mycobacterium Tuberculosis merupakan penyakit dari TB Paru, kuman ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang memiliki konsentrasi tinggi seperti paru-paru. Tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya, seperti usus, kelenjar getah bening (Limfe), tulang, kulit, otak, ginjal dan lainnya serta dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Kuman Tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam dan pewarnaan sehingga disebut basil tahan asam (BTA). Kuman ini dapat cepat mati dengan sinar matahari langsung selama beberapa menit tetapi dapat bertahan sampai beberapa jam pada tempat yang lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat menjadi dormant (tertidur) selama beberapa tahun. Gambaran klinik dapat dibagi atas dua golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik. Gejala sistemik seperti demam pada malam hari, malaise. Sedangkan gejala respiratorik seperti batuk terus-menerus selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan seperti batuk darah, sesak nafas, berat badan menurun, keringat malam hari, demam meriang lebih dari 1 bulan. Sumber penularan adalah penderita dengan BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang yang terinfeksi kalau terkena droplet tersebut dan masuk ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam ke dalam tubuh dan terus menyebar dari paru ke organ tubuh lainnya melalui system peredaran darah, system saluran limfe, saluran nafas dan penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya. Resiko penularan (Annual Risk Tuberculosis Infection) di Indonesia di anggap cukup tinggi dengan variasi 1-3 %. Bila suatu daerah ARTI sekitar 1% berarti setiap tahun dari 1000 orang ada 10 orang yang terinfeksi.
BAB II
PEMBAHASAN
INFORMASI 1
Lolipop 23 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan sepanjang hari, semakin lama semakin berat sejak 5 hari terakhir Lolipop tidak bisa beraktivitas. Keluhan semakin berat ketika Lolipop tidur dalam posisi terlentang dan lebih nyaman dengan posisi duduk atau tidur miring ke kanan. Lolipop juga merasakan dada sebelah kanan nyeri tumpul dan tidak menjalar. Nafas tidak bunyi. Keluhan seperti ini baru pertama kali.
Tutor guide :
1. Jelaskan patofisiologi sesak nafas !
a. Sesak nafas terjadi karena adanya sebagai berikut :
1) Oksigenisasi jaringan menurun
Penurunan jaringan oksigenisasi akan nmeningkatkan sesak nafas dikarenakan transportasi tergantung dari sirkulasi darah dan kadar hemoglobin.
2) Kebutuhan oksigen meningkat
Pada penyakit sperti infeksi akut akan meningkatkan kebutuhan oksigen yang akan memberi sensasi sesak nafas, hal in i dikarenakan peningkatan metabolisme.
3) Kerja pernafasan meningkat
4) Rangsangan pada sistem saraf pusat
5) Penyakit neuromuskuler
b. Patofisiologi Dipsnea (Silbernagl, 2003)
Alergi terhadap antigen Mikroorganisme
dimukosa








Dipsnea
c. Length-Tension Inappropriate Theory
Terdapat elemen sensoris pada otot-otot pernafasan, paru serta dinding dada yang berfungsi sebagai reseptor mekanik sehingga peka akan perubahan mekanis yang terjadi. Bila tegangan otot yang ada tidak cukup besar untuk 1 panjang otot sehingga volume nafas tidak tercapai, maka akan terjadi dispneu (Price, 2006)
Ketidakseimbangan antara tegangan dan panjangan (regangan) otot akan diterima oleh elemen sensoris kemudian mentransmitkan signal ke pusat pernafasaan di otak sehingga pernafasan menjadi disadari atau meningkat 2 kali lipat.Kemudian Juxtacapillary Receptor yang berada in interstitial alveolar teraktivasi dan mengaktivasi Refleks Hering-Breuer sehingga pernafasan akan menjadi cepat dan dangkal (Mukerji, 2000)
2. Apakah DD berdasarkan informasi 1 plus alasan ?
a. Gagal jantung à sesuai dari kasus memiliki gejala seperti keluhan yang semakin berlanjut ketika pasien tidur terlentang dan baru akan merasa lega ketika posisi setengah duduk.
b. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
PPOK merupakan penyakit paru yang berlangsung lama dan sering ditemukan gejala sesak nafas akibat penyempitan jalan nafas dan batuk terus menerus.
c. Pneumotharaks
Karena pada pneumothoraks terdapat batuk dan sesak nafas, dan biasanya keluhan yang dirasakan semakin hari semakin memberat.
d. Tuberculosis
Karena pada orang yang menderita TB dijumpai gejala seperti sesak nafas dan batuk.
e. Efusi Pleura
Alasan: keluhan sesak napas menjadi lebih nyaman dengan posisi duduk menunjukkan adanya ortopnea. Pada efusi pleura terdapat tanda ortopnea.
3. Pemeriksaan apa yang anda perlukan selanjutnya ?
Selanjutnya dilakukan anamnesis selanjutnya dan pemeriksaan fisik.
4. Klarifikasi istilah
a. Suara nafas
Suara nafas adalah suara yang terdengar dari rongga thorax ketika dilakukan auskultasi. Suara nafas ada dua jenis. Suara dasar vesikuler yang inspirasinya lebih panjang daripada ekspirasi. Dan suara dasar bronchial yang ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi.
b.Sesak nafas
perasaan sulit bernafas yang terjadi ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak nafas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat akut atau kronik. Sesak nafas disebut juga dengan istilah “Shortness of Breath”.
c. Nyeri tumpul dan tidak menjalar
Nyeri yang lokasinya tidak dapat ditunjukkan secara spesifik dan hanya pada satu lokasi saja.
5. Batasan masalah
a. Lolipop 23 tahun
b. Keluhan utama : Sesak nafas
- Onset : 1 bulan yang lalu
- Progresifitas : memberat 5 hari terakhir
- Faktor memperberat : tidur dengan posisi terlentang
- Faktor memperingan : posisi duduk atan tidur miring ke kanan
- Keluhan lain : dada nyeri tumpul tidak menjalar.
INFORMASI 2
Lolipop menceritakan bahwa ia sering batuk-batuk sejak 2 bulan yang lalu. Batuk berdahak kental berwarna putih, tidak disertai darah. Kadang terjadi demam, namun dirasakan tidak terlalu tinggi. Lollipop juga sering berkeringat terutama pada malam hari. Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya.
Lolipop seorang buruh pabrik dengan tingkat pendidikan lulus SD.
Ayah Lolipop juga sering batuk-batuk, tapi tidak pernah berobat. Ia merupakan seorang Satpam di perusahaan tekstil dan mempunyai kebiasaan merokok.
Lolipop hidup dalam keluarga sederhana, terdiri dari bapak, ibu, dan 3 orang adik. Ia tinggal dengan rumah : terdiri dari 3 kamar, lantai belum di plester, ventilasi kurang, atap genteng namun belum dipasang eternit.
Tutor guide :
1. Batasan masalah
a. RPS :
1) Sering batuk-batuk sejak 2 bulan lalu
2) Batuk berdahak kental berwarna putih, tidak disertai darah
3) Demam tidak terlalu tinggi
4) Berkeringat di malam hari
b.RPD :
1) Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya
c. RPK :
1) Ayah sering batuk-batuk
2) Ayah tak pernah berobat
3) Ayah seorang satpam punya kebiasaan merokok
d. RPSos :
1) Lolipop seorang buruh pabrik dengan tingkat pendidikan lulus SD
2) Lolipop tinggal bersama ayah, ibu, dan 3 orang adik
3) Keadaan rumah : lantai belum diplester, ventilasi kurang, atap genteng belum dipadang eternit
2. Mekanisme batuk





Reflek batuk
3. Differential Diagnosis dan alasannya
a.TB Karena dari info didapatkan lolipop sering batuk-batuk sejak 2 bulan yang lalu, batuknya kental berwarna putih, demam nmaum tidak tinggi, sering berkeringat pada malam hari. Punya riwayat penyakit keluarga yaitu ayahnya yang sering batuk-batuk dan punya kebiasaan merokok. Dari keaadan rumahnya lantai belum di plester, ventilasi kurang dari info tersebut maka di curigai TB paru.
b. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
PPOK merupakan penyakit paru yang berlangsung lama dan sering ditemukan gejala sesak nafas dan batuk terus menerus setiap hari disertai pengeluaran dahak.
c. Masih tetep ada efusi pleura.
Alasan: terjadi ortopnea dan tidak ada gejala pada info 2 yang bisa menyingkirkan kemungkinan efusi pleura.
4. Info è pemeriksaan fisik
INFORMASI 3
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak sesak
Tinggi badan : 163cm Berat badan 40 kg
Kulit : hiperhidrosis
Tekanan darah : 120/70mmHg
Denyut nadi : 108 x/menit
Frekuensi nafas : 30 x/menit
Suhu aksila : 37,90C
Kepala : konjungtiva anemis -/ sklera ikterik -/ pernafasan cuping hidung -
Leher : teraba perbesaran kelenjar getah bening multiple, ukuran 1-1,5 cm, teraba kenyal, mobile, tidak nyeri. Trakhea terdorong ke sinistra.
Thoraks : Inspeksi : hemithoraks kanan lebih cembung dari kiri.
Palpasi : gerak hemithoraks kanan tertinggal dibanding
hemithoraks kiri. Fremitus D<5.
Perkusi : sonor di paru kiri, redup diparu kanan.
Auskultasi : Suara dasar paru kanan vesikuler menurun, paru kiri
vesikuler. Ronkhi basah halus di paru kiri, Whezing -/-
Jantung dalam batas normal.
Abdomen : dalam batas normal.
Ekstrimitas : dalam batas normal.
Tutor guide :
1. Bagaimananakah patofisiologi gejala dan tanda pasien ?
a.Hiperhidrosis
Infeksi è terjadi reaksi inflamasi è metabolisme sel meningkat, permeabilitas vaskuler meningkat è hiperhidrosis
b. RR naik
Masuknya mycobacterium tuberculosis
![]() |
Ke saluran pernafasan atas




Menghalangi proses ventilasi pulmonary
![]() |


Nafas cepat dan dangkal
c. Takikardi
Infeksi è terjadi inflamasi è permeabilitas vaskuler meningkat è aliran
darah naik è takikardi
d. Suhu naik




Ke hipotalamus
Mengaktifkan proses yang menimbulkan demam
(suhu tubuh naik dalam waktu 8-10 menit)
e. Suara redup
Perubahan medium yang ada di paru è cairan masuk ke cavum pleura è
mendorong trachea ke paru sehat è ada suara redup karena terisi cairan
f. Ronki basah halus
Ronkhi (crackles) basah halus adalah suara tambahan paru yang ditandai dengan suara bising terputus, frekuensi tinggi, amplitudo rendah, seperti suara ledakan. Hal ini disebabkan karena terbukanya alveoli yang tertutup waktu ekspirasi sebelumnya secara tiba-tiba, mungkin disebabkan tekanan antara jalan nafas yang terbuka dengan yang menutup secara cepat menjadi sama sehingga jalan nafas perifer mendadak terbuka. Bunyi ini terdengar saat inspirasi yang dapat terjadi saat jalan nafas perifer mendadak terbuka pada waktu daerah kolaps (atelektasis) terinflasi. Bising yang terdengar saat akhir inspirasi dan pada saluran kecil disebut ronkhi basah halus, sedangkan bising yang yang terdengar saat awal inspirasi dan pada saluran besar disebut ronkhi basah kasar. Ronkhi basah kasar mempunyai amplitudo yang lebih rendah, amplitudo tinggi, diskontinu, seperti ledakan dan durasi sedikit lebih lama. Penyumbatan saluran dapat terjadi akibat edema paru atau sekresi paru berlebih (Pasterkamp, 1997)




Ronkhi basah halus
g.Batuk
Patogenesis : disebabkan berbagai penyakit yang mendasarinya pada prinsipnya hampir sama, yaitu bila terjadi penyakit/kelainan pada parenkim paru, sistem respirasi bronchial atau pulmoner maupun pleura sehingga terjadi perdarahan pada kedua system sirkulasi tersebut (Nirwan , 2009).
Patofisologi (Nirwan, 2009) :
1. Ekspektorasi darah dapat terjadi akibat infeksi tuberculosis yang masih aktif atau akibat kelainan yang ditimbulkan akibat penyakit TB yang telah sembuh.
2. Susunan parenkim paru dan pembuluh darahnya dirusak oleh penyakit ini sehingga terjadi bronkiektasis dengan hipervaskularisasi, pelebaran pembuluh darah bronchial, anatomosis pembuluh darah bronchial dan pulmoner.
3. Kaviti dan terjadi Pneumonitis akut à ulserasi bronkus, nekrosis pembuluh darah disekitarnya dan alveoli bagian distal.
4. Erosi lesi kalsifikasi pada arteri bronchial, ekspektorasi bronkolit
5. Ruptur aneurisma Rasmussen telah diketahui sebagai penyebab batuk darah masif pada penderita TB ataupun pada bekas penderita TB. Kematian akibat batuk darah masif pada penderita TB berkisar 5-7 %.
h. Pembesaran kelenjar limfe
Limpadenopati menandakan adanya inflamasi di struktur perifer. Infeksi di jaringan perifer akan menyebabkan antigen ”diperkenalkan” ke cairan intersitial yang kemudian akan masuk ke pembuluh limfe (BTA masuk ke pembuluh limfe melalui hilus). Limfe nodi akan membersihkan limfe dengan cara menghilangkan antigen tersebut dengan memproduksi sel-sel limfosit dan makrofag sebelum mencapai sirkulasi dan mencapai tempat yang lebih jauh. Proliferasi sel-sel limfosit dan makrofag tersebut akan menyebabkan terjadinya limfadenitis atau pembesaran kelenjar limfe.
2. Struktur organ apakah yang terlibat ?
a. Hiperhidrosis è kulit pars galndula sudorifera
b.RR naik è sepanjang saluran pernafasan
c. Takikardi è jantung
d. Suhu naik è hipotalamus pars termoregulator
e. Suara redup è pleura
f. Ronki basah halus è bronkiolus
g.Batuk è parenkim paru
h.Pembesaran kelenjar limfe è limfonodi
3. Apakah anda telah dapat menentukan diagnosis ?
Belum , kami membutuhkan pemeriksaan Laboratorium darah, sputum, dan foto thoraks untuk memastikan diagnosis kami.
4. Rencana Pemeriksaan penunjang apakah yang akan anda usulkan dan apakah tujuannya?
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis penyakit tuberculosis paru maka diperlukan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang sering digunakan adalah dengan menggunakan foto rontgen thorak. Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam – macam bayangan sekaligus ( pada tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotic, kalsivikasi, kavitas( non sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan enfisema
Pada gambaran radiologis, tuberculosis sering memberikan gambaran yang aneh- anaeh sehingga sering disebut sebagai tuberculosis is the great imitator. Tujuan dari pemeriksaan radiologis ini adalah untuk menegakkan diagnosis penyakit tuberculosis dengan menemukan gambaran yang khas yang biasa terdapat pada penyakit tuberculosis.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah umumnya jarang digunakan karena hasilnya kadang – kadang meragukan, tidak sensitive dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru mulai (aktif) akan didapat jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun menuju normal lagi.
2) Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum merupakan pemeriksaan yang penting untuk dilakukan, karena dengan pemeriksaan ini hampir pasti diagnosis penyakit tuberculosis sudah dapat ditegakkan apabila ditemukan kuman BTA positif.
Pemeriksaan ini diawali dengan pengambilan sputum dengan cara SPS ( sewaktu, pagi, sewaktu). Bila sputum sudah didapat, kuman BTA pun kadang – kadang sulit ditemukan. Kuman baru dapat ditemukan bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka keluar, sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah keluar.
Kriteria sputum BTA positif bila didapatkan sekurang – kurangnya 3 batang kuman BTA pada satu sediaan atau dengan kata lain diperlukan 5000 kuman BTA dalam 1 mL sediaan sputum.Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan untuk menggunakan pewarnaan Tan Thiam Hok yang merupakan modifikasi dari pewarnaan Kinyoun dan Gabbet.
3) Pemeriksaan tuberculin masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberculosis terutama pada anak-anak(balita). Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah mengalami M.tuberculosis atau tidak.
INFORMASI 4
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah
Hb : 10,4 gr/dl
Ht : 41%
Leukosit : 10.900
Trombosit : 187.000
LED : 41 mm/jam
Hitung jenis : E 2/ B 0/ St 12/ Sg 35/ L 45/ M 6
SGOT : 14 IU
SGPT : 18 IU
AU : 4 mg/dl
Sputum SPS : +1/+2/+1
RO thoraks : bercak infiltrat di lapang paru kiri.
Gambaran radioopak homogen pada hemithoraks kanan.
Tutor guide :
1. Intrepetasikan hasil laboratorium
a. Hb ↓
b. Leukosit ↑
c. LED ↑
d. Hitung Jenis : batang ↑ segmen ↓ limfosit ↑
e. SGOT SGPT ↑
f. BTA positif
g. Paru kiri positif TB
h. Paru kanan efusi pleura
2. Apakah anda telah dapat menentukan diagnosis pasien?
Diagonosisnya adalah TB Paru BTA + lesi luas dengan efusi pleura kanan.
3. Definisi dan etiologi TB paru ?
Definisi : penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi
Etiologi : mycobacterium tuberculosis
4. Klasifikasi TB ?
Tuberculosis dibagi menjadi 2 menurut patologisnya :
a. Tuberculosis Primer
Tuberculosis primer merupakan tuberculosis yang terjadi baru pertama kali. Penyebabnya karena infeksi kuman yang berasal dari percikan atau drop let yang berasal dari proses batuk dan bersin. Partikel infeksi ini dapat bertahan di udara sampai 1-2 jam, tergantung adanya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban.
b. Tuberculosis post Primer ( sekunder)
Tuberculosis sekunder merupakan tuberculosis yang terjadi setelah tuberculosis primer. Terjadinya tuberculosis sekunder dipicu dari keadaan imunitas yang menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal.
5. Manifestasi klinis ?
a. Umum :
1) Malaise
2) Demam
3) BB turun
4) Keringat malam
b. Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri
c. Dispnea
d. Batuk/sputum
e. Ronkhi
Hemoptisis
6. Algoritma penegakan diagnosis TB








7. Rencana penatalaksanaan kategori berapa ?
a. Kategori I: - TB Paru BTA (+) kasus baru
1) TB Paru BTA (-), Pemeriksaa rontgen infiltrat (+), lesi luas / sakit berat
2) TB ekstra paru berat
3) TB Paru BTA (-), Pemeriksaan rontgen infiltrat (+) lesi / sakit ringan
4) TB ekstra paru ringan
b. Diberikan fase sisipan, apabila pada evaluasi seminggu sebelum akhir fase intensif ditemukan sputum BTA positif
Fase Sisipan è selama 1 bulan (RHZE).
8. Komplikasi dan prognosis ?
a. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis
b. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas è SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat è SOPT / Fibrosis Paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB. ( Amin dan Bahar, 2007)
c. TB Ekstra Pulmo
1) Ekstra paru ringan :
a) TB kelenjar
b) TB tulang
c) Tb sendi
d) Pleura eksudativ unilateral
e) TB kelenjar adrenal
2) Ekstra paru berat :
a) Meningitis
b) Milier
c) Perikarditis
d) TB usus
e) TB Tulang belakang
f) Peritonitis
g) TB saluran kemih dan alat kelamin
9. Edukasi ?
a. meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara :
1) Meperbaiki standar hidup
2) Makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna
3) Lengkapi rumah dengan ventilasi yang cukup
4) Usahakan setiapa hari tidur secara teratur
5) Olahraga yang cukup
b. Peningkatan kekebalan tubuhdengan vaksinasi BCG
c. Pengobatan yang adekuat sangat penting, peran PMO juga penting agar tidak putus obat dan tidak terjadi multiresisten.
10. Kapan pemeriksaan ulang sputum BTA ?
a. Pada awal pemeriksaan untuk menentukan diagnosis TB
b. Pada 1 minggu sebelum masa intensif berakhir
c. Pada bulan ke 5 atau 1 bulan sebelum pengobatan berakhir
d. Pada bulan ke 6 atau akhir pengobatan.
INFORMASI 5
Diagnosis : TB paru BTA positif lesi luas kasus baru dengan efusi pleura kanan.
Lolipop mendapat terapi sebagai berikut :
- Infus Ringer Laktat 1500cc/24 jam
- Torakosintesis untuk mengeluarkan cairan pleura sekaligus pemeriksaan :
Sitologi cairan pleura
Analisis cairan pleura
BTA cairan pleura
- OAT kategori I (2RHZE/4H3R3) atau 2 bulan 4FDC/4 bulan 2FDC
- Ambroksol 3 x 30 mg
- Parasetamol 500mg jika perlu
- Edukasi
Faktor resiko
Faktor penularan’
Terapi
PMO
BAB III
KESIMPULAN
Lollipop didiagnosis TB paru BTA positif lesi luas kasus baru dengan efusi pleura kanan. Terapi yang diberikan adalah infuse Ringer Laktat, torakosintesis, OAT kategori 1, ambroksol, paracetamol, dan edukasi meliputi faktor resiko, faktor penularan, terapi dan PMO.
DAFTAR PUSTAKA
Silbernagl, Stefan. Lang, Florian.Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC, 2003. 76 – 77
Arief, Nirwan. 2009.Kegawatdaruratan Paru. Jakarta: FK UI
Price, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit volume 2. Ed.6. Jakarta : EGC, 2005.
Amin, Zulkifli dan Bahar, Asril. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Hal: 989.
Price, Sylvia and Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC. Hal 775, 853
Martini, Frederic. 2009. Fundamental of Anatomy & Physiology 8th edition. San Francisco: Pearson Education Inc.
Ward, Jeremy P.T dkk. 2006. At a Glance Sistem Respirasi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga ; 80
Pasterkamp, H ; Kraman, SS ; Wodicka, GR. 1997. Respiratory Sounds. American Journal of Respiratory and Critical Medicine.
Mechem, Crawford. 2011. Pleural Effusion in Emergency Medicine Clinical Presentation. Diakses tanggal 9 April 2011. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/807375-clinical
Departemen Kesehatan Repubilik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: 2007.
0 komentar:
Posting Komentar